• SMP NEGERI 2 MIRIT
  • Where Tomorrow's Leaders Come Together

Wergonoyo

Oleh: Putri Utami Armidianti / IX A

Pada zaman dahulu, hiduplah seorang prajurit bernama Wergonoyo yang terkenal dengan ketangkasan serta kecerdasannya. Ia memiliki wajah yang rupawan dengan kulit putih dan mata tajam serta badan yang tegap kekar. Jika diperhatikan dia lebih cocok menjadi raja atau pangeran dari pada menjadi seorang prajurit. Wergonoyo adalah prajurit dari sebuah kerajaan yang megah dan termashur di Pulau Jawa. Dia bertugas menjaga keamanan kerajaan dari musuh serta mengatur strategi untuk berperang.

Pada suatu hari saat Wergonoyo sedang berjalan-jalan memeriksa setiap sudut di kerajaan. Tiba-tiba dia merasa ada orang yang menyelinap masuk ke wilayah kerajaan.

"Hei siapa disitu?" ujarnya sambil berjalan ke arah yang dia curigai. Namun, tak ada satu orang pun di sana. Tapi dia tetap merasa yakin bahwa tadi ada seseorang yang menyelinap. Wergonoyo pun bertekad untuk lebih waspada lagi menjaga kerajaan yang sangat dia cintai itu. Dia terus berjalan menelusuri tiap sudut kerajaan. Hingga tiba-tiba dia mendengar teriakan dari arah halaman keputrian tempat putri raja tinggal.

"Aaaaaa, tolong...!" suara jeritan perempuan itu.

Wergonoyo yang mendengar teriakan sang putri tersebut segera bergegas berlari ke arah sumber suara. Benar saja, sang putri yang bernama Arumani sedang terjongkok lemas sambil menunjuk ke arah pohon beringin di depannya. Ternyata ada seekor ular besar bertengger di dahan pohon. Dengan keberaniannya Wergonoyo langsung mengambil ular tersebut dengan tangan kosong. Putri Arumani merasa takjub. Terlihat ular itu tunduk kepada Wergonoyo. Wergonoyo pun segera membuang ular tersebut ke area luar keputrian.

Melihat kejadian itu Arumani merasa senang dan mengucapkan terima kasih pada Wergonoyo. Keberanian dan ketangkasan Wergonoyo membuat putri kerajaan menjadi kagum dan tertarik kepadanya.

Setelah kejadian itu mereka menjadi akrab dan sering bertemu. Dari keakraban dan kebersamaan mereka muncullah bibit-bibit cinta di antara keduanya. Mereka saling mencintai walaupun perbedaan derajat kala itu tidak memperbolehkan seorang prajurit mencintai putri kerajaan. Sang raja yang mendengar bahwa putrinya menyukai Wergonoyo menjadi murka. Sang raja sangat malu jika putrinya menikah dengan seorang prajurit biasa. Ia memerintahkan putrinya untuk menjauhi Wergonoyo dan tidak boleh ada hubungan apapun diantara keduanya.

Putri Arumani menjadi sangat sedih karena dilarang bertemu dengan Wergonoyo. Ia pun pergi ke halaman kerajaan untuk menenangkan diri. Tiba-tiba ada seseorang yang menariknya dari belakang. Mulutnya dibekap oleh orang tersebut. Beruntung sebelum benar-benar dibawa lari oleh orang misterius tersebut, Putri Arumani berhasil berteriak minta tolong.

"Aaaaaa, tolong-tolong!!" jerit Putri Arumani yang akhirnya pingsan di tangan orang misterius tersebut.

Wergonoyo yang kebetulan sedang berada tidak jauh dari tempat Putri Arumani mendengar suara pujaan hatinya langsung berlari ke arah sumber suara. Dia marah melihat Putri Arumani yang sudah pingsan di tangan orang misterius tersebut. Dengan keberaniannya Wergonoyo langsung menghadang orang tersebut. Dia tidak rela pujaan hatinya disakiti oleh orang lain.

Terjadilah perkelahian antara si penculik dengan Wergonoyo. Tak berselang lama datanglah para prajurit kerajaan yang merasa janggal ada keributan di taman kerajaan. Tanpa ragu, mereka langsung membantu Wergonoyo dan si penculik pun berhasil dikalahkan. Putri Arumani pun dapat lepas dari genggaman orang itu. Wergonoyo langsung menangkap dan membawa orang itu ke kerajaan. Ia menjelaskan seluruh kejadian yang telah terjadi kepada sang raja. Akhirnya orang itu pun di tahan di penjara bawah tanah kerajaan. Sang raja sangat berterima kasih pada Wergonoyo karena telah menyelamatkan putrinya dan menjaga keamanan kerajaan dengan baik.

Setelah kejadian tersebut, akhirnya sang raja mau merestui hubungan antara putrinya dan Wergonoyo. Mereka pun mulai merencanakan pernikahan. Saat hari pernikahan tiba, segerombolan orang tak dikenal datang ke kerajaan. Prajurit-prajurit yang berjaga di depan bertarung dengan mereka namun para prajurit kalah dan habis di tangan mereka. Mereka dapat masuk ke dalam kerajaan. Mereka menghadap kepada sang raja, mereka tidak terima bahwa anggotanya ditahan di kerajaan itu dan berjanji akan menghabisi orang yang menangkapnya. Wargonoyo yang sedang berbahagia di hari pernikahannya menjadi gelisah mendengar hal tersebut.

Wergonoyo memutuskan untuk pergi dari kerajaan bersama istrinya. Dibantu oleh orang-orang kerajaan, akhirnya Wergonoyo dan Putri Arumani berhasil keluar dari kerajaan. Mereka naik kuda yang sudah disiapkan di pintu belakang kerajaan.

Perjalanan mereka pun dimulai. Mereka memilih ke arah barat menyusuri tepi pantai. Walau dengan persiapan seadanya mereka tetap melanjutkan langkah untuk secepatnya bisa keluar dari area kerajaan. Setelah beberapa hari dan singgah dibeberapa tempat, akhirnya kali ini mereka memutuskan untuk berhenti di sebuah desa tidak jauh dari pantai.

“Desa ini terlihat nyaman, Putri,” kata Wergonoyo, “kita membuat gubuk di sini saja ya?”

Putri Arumani pun mengangguk. Kali ini dia kelihatan sudah sangat kelelahan. Sembari menunggu suaminya membangun tempat untuk berteduh, Putri Arumani tertidur di bawah pohon. Melihat hal itu, Wergonoyo pun merasa iba. Dia bertekad akan selalu membahagiakan istrinya.

Tak terasa sudah dua bulan mereka menetap di desa tersebut. Mereka merasa nyaman di desa itu. Penduduknya juga ramah. Wergonoyo dan Putri Arumani diterima baik oleh penduduk setempat. Tetapi tak ada satu pun penduduk yang mengetahui jati diri mereka sebenarnya. Wergonoyo dan Putri Arumani pun memang tidak berniat membuka jati diri mereka yang sebenarnya.

Lima tahun berlalu, Wergonoyo telah menjadi pemimpin di desa tersebut. Dia menjadi pemimpin desa yang arif dan bijaksana. Sehingga semua rakyatnya sangat menghormati dan segan kepada Wergonoyo. Banyak hal yang dia lakukan untuk membangun dan memajukan desa. Mulai dari membangun jalan, membangun tempat ibadah, membangun sekolah, dan mengajari metode pertanian bagi warganya.

Mereka juga sudah dikaruniai dua anak yang mereka beri nama Tristan Wergonoyo dan Hayuning Wergonoyo. Sementara Putri Arumani juga tidak sungkan-sungkan terjun ke lapangan untuk membantu warga desa jika ada yang kesusahan. Mereka hidup bahagia di desa tersebut hingga akhir hayat. Untuk mengenang jasa Wergonoyo, maka desa tersebut diberi nama Wergonayan.

 

 

 

***

Komentari Tulisan Ini